Jumat, 12 Oktober 2012

Sebuah sajak yang aku tulis sendiri pas sore-sore ketika mendadak aku ingat suatu hal yang kemudian aku letakan di laci meja kerja

Gelas cangkir warna merah pemberian hadiah itu masih aku simpan di tempat semula, kalau-kalau kau pulang suatu kali ketika siang dan matahari sedang jahat padamu. 
Cuci muka dulu lalu lipat sweater mu. Masih ada semangka di kulkas atau kalau mau pisang, aku letakan di meja dapur. 

Televisi masih di ruang tengah. Juga kaktus yang pernah kita beli di pasar malam aku letakan di sebelah telepon yang lama sudah tidak berdering. Karpet abu-abu dan lukisan bali yang tergantung di dinding masih juga di tempat semula. 

KAU sudah minum?

Aku meletakan kamboja hias di halaman belakang. Sebagai variasi dari beberapa anggrek kita yang kini makin jarang saja berbunga, mungkin aku tidak rajin membersihkan dari gulma yang banyak menempel di akar-akarnya yang menjulur. 

Kau kan yang biasanya begitu? 

Kalau sudah sore biasanya tukang bakso yang bunyinya ting ting ting itu lewat di jalan komplek. Kamu yang biasanya sedang menyiram bunga yang warnanya merah kuning itu suka tersenyum. Aku tidak tau apa yang si tukang bakso pikirkan setiap kali kamu begitu, yang aku tau dia suka menambah jatah bakso di mangkok kalau kau mendadak kepengen makan sore-sore.

Kini aku yang sering memindahkan pot-pot itu. Sekedar menatanya biar rapih.
Juga mencari tikus got yang suka sembunyi di belakangnya. Aku ingat kau takut dengan binatang yang mencicit. Biasanya satu dua tetangga menyapa sekedar basa basi, kok sendirian saja? Kalau sudah begitu biasanya aku hanya senyum dan menjawab kau belum pulang. Sungguh di dalam hatiku aku selalu ragu akan jawaban itu.


Denpasar Selatan 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar