Minggu, 07 Juni 2015

Suatu Cara untuk Membangun Perahu

1/
KAMU adalah langit tanpa warna biru, hujan tanpa aba-aba,
awan tanpa anak-anak yang membayangkan bentuk-bentuk,
Kamu turun dari laut dan membangun rumah dari pasir untuk kita
dengan jendela besar menghandap senja. Membingkainya dalam pas foto
dan kau selipkan di kantung jins ku pada suatu sore yang malang.

2/
PERASAAN bercampur ombak pecah di meja makan.
Aku memunguti serpihannya bertahun-tahun,
mencoba menyusun kembali dengan lirik lagu pop
yang dinyanyikan dari setiap tikungan, ujung-ujung gang,
lobi hotel, galeri lukisan hingga panggung-panggung drama.
Aku masuki setiap studio foto yang membingkai masa depan
dengan janji-janji pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan,
dan jalan-jalan mulus yang dibangun dari rasa rindu.

3/
HINGGA setiap kilometer tertulis seperti sajak yang dibuat
dari kumpulan kata yang aku susun seolah-olah
wajahmu turun dari awan-awan tinggi itu,
mengecup hidungku dan berbisik
Belajarlah untuk membangun layar diatas perasaan,
biarkanlah takdir berhembus dan membawa mu ke tempat-tempat
yang asing, lalu temuilah aku ketika musim layang-layang,
saat setiap kecemasan dibumbungkan ke langit.

Saat doa mu berhenti mencari ku.

Pondok Ranji 2015



Belajar Menulis

KAU selalu menyusun huruf demi huruf pada lembaran perasaan,
menghapusnya ketika ia bermakna sesuatu yang mengingatkan mu
dengan suara yang sangat kau kenal.


Kau bahkan ingin mengulang kembali sajak ini dengan
kata yang romantis, dengan hujan dan
jembatan, juga senja dan jeritan bunga-bunga.


KUMPULAN rindu yang mabuk ketika kita
berjalan di lorong-lorong kota, diantara
parahnya perasaan cinta kita. Bahwa saat itu
kita sadar untuk kembali menjadi penyair,
kita harus kembali belajar menulis.


Mengulang rindu dan menyusun takdir
yang sepotong-sepotong, merapikan setiap
adegan perselisihan, bercinta di kata pengantar
dan saling berpelukan di halaman belakang.


KAU memutuskan untuk menutup buku
dan beranjak dari kursimu. 
Menutup jendela dan menyusun meja.
Meletakan buku mu diantara aku dan rindu yang
kau selipkan di laci mu

Pondok Ranji 2015