Rabu, 18 September 2013

Hujan di pantai Gili

"Pada akhirnya sekarang gak ada yang lagi yang tersisa kan?"
"Aku hanya mencoba sebisa ku Lang, kalau memang harus.."
Kau berbicara tanpa menoleh padaku, lalu perlahan turun ke tepi pantai. Awan mendung bergulung di cakrawala, di atas gugusan pulau Gili yang terkenal. Ombak semakin keras berdebur ke pantai. Sepertinya kau tidak perduli air laut sudah naik ke kaki mu. Seekor anjing kampung lewat.
"LANG!! Aku gak peduli kalau emang harus seperti itu! GAK PEDULI!"
Kau berteriak dari tepi pantai, namun debur embok memotong suara mu yang terbawa angin.
Aku menghampiri mu, lalu berhenti beberapa langkah dari tempat mu berdiri.
Saat itu aku melihat rambut mu laksana ombak laut yang gelisah. Apakah pantai adalah tempat semua peraduan dan kegundahan yang tak berkesudahan? Tempat semua melebur untuk menghilang ke dalam palung yang gelap. Berdebur lalu pecah terhempas karang yang entah di mana? 
Kau menoleh, sepasang mata itu kini telah basah oleh air mata.
"Sesulit itu kah harus melepaskan Lang?"
Gemetar suara mu terasa hingga ke dada ku. Aku tak menjawab pertanyaan mu, aku biarkan jawaban itu terpecah seperti buih ombak yang membasahi kaki kita, lalu merembas naik ke perasaan masing-masing.
Hujan turun lagi di pantai Gili