Selasa, 26 Maret 2013

Akuarium

1/
KAU pernah membeli seekor ikan dari pasar untuk akuarium kita yang hening.
Setiap malam ia berenang dari satu batu ke batu lainnya, meliuk di antara kastil-kastil tanah liat
lalu melesat menciptakan koreografi paling indah di bawah sinar bohlam lampu yang berpendar-pendar.

Aku sering memperhatikan ikan yang kesepian itu memandangku dari balik kaca,
ketika engkau telah tidur dan suara televisi hampir tak terdengar,
hanya detak jam yang kini terdengar nyaring dari sudut ruangan.

Ikan malang itu seolah menceritakan pada ku tentang ricik sungai yang ia rindukan,
tentang daun-daun kuning yang gugur di atas kolam lalu membusuk menjadi zat yang memberinya kehidupan. Lumut-lumut pada batu kali dan matahari yang jadi arah penunjuk jalan.

Juga jutaan kunang-kunang yang pernah ia lihat pada suatu malam, yang melesat menuju angkasa
kemudian turun ke bumi menjadi butir-butir air yang hinggap di sekumpulan daun-daun.

2/
DI DALAM mimpi aku menemukan diriku berenang diantara gelombang rambut mu,
Memeluk mu dengan kedua lengan ku, merengkuh mu dengan segala upaya agar engkau tak
kembali ke dalam sungai dan menjelma menjadi ikan.

Begitu terus menerus hingga suara yang menggetarkan itu membuat ku terbangun.
Suara yang datang dari dalam akuarium,
yang terasa begitu lembab di telinga.




Minggu, 24 Maret 2013

Selasa, 19 Maret 2013

Pada sebuah pintu pagar

Gerimis singgah di rumah mu
untuk mengungkapkan cinta
kemudian betapa kurang ajarnya
mencumbu mu tiba-tiba di teras
tanpa mau kembali lagi ke langit

Angin seperti ingin memainkan rambut mu
lalu gerimis menarik mu ke tepi
dan berkali-kali mencumbu mu
tanpa menghiraukan aku

Desis tetes air jatuh satu persatu
dari payung yang tak terbuka,
menimbulkan getar yang mengalir
hingga ke ruang-ruang yang paling jauh

Hongkong 2013




Jumat, 01 Maret 2013

Segera

MAKA sudah,
aku hilang, menjadi hujan
yang turun di atas rumah mu, berbutir-butir
yang kau tampung di dalam ember jingga,
yang memeluk baju mu di halaman belakang
yang kemudian kau cepat-cepat masukan ke dalam dapur,
yang sedikit menyentuh pundak mu,
yang kau kibaskan dari rambut mu,
yang mengetuk-ketuk jendela kamar mu -namun tak kau jawab juga panggilan itu,
yang ingin sekali menyapa mu,
mengajak mu untuk keluar dan menari seperti kanak-kanak dulu..

HUJAN yang nampak selalu abu-abu, menutup matahari dan menciptakan dingin
yang memaksa mu mengenang hal-hal yang lalu,
sebab kenangan adalah semacam fatamorgana ingatan yang membuat mu tersesat sendirian.
Sambil membenamkan diri mu di kursi dengan sederet paragraf puisi tentang hujan yang tabah,
hujan yang datang pada bulan Juni, saat kemarau segera menguapkan tiap tetesnya yang jatuh.

Hujan yang tak bisa kau mengerti mengapa juga harus datang kembali tahun ini,
Hujan yang kau harap untuk segera berlalu
ketika kau menutup pintu..

2013