Jumat, 04 November 2016

Jakarta 18:00

Gerimis datang ke teras rumah tanpa kabar. Membawa sore menguning berguguran di garasi kita. Di langit adzan memecah mega-mega, huru hara lagi kata mu. Televisi menyala tanpa suara, membiarkan sunyi merayap di dinding dan memantul ke segala penjuru arah. Seorang demonstran berorasi di atas mimbar, matanya membakar orang-orang yang marah. Sudah jam enam, gelas kopi sudah dingin, senja mulai membereskan dirinya untuk bersiap berganti dengan malam. Kau masih membaca buku itu di suatu sudut ruangan, menatap ku sebentar lalu kembali membalik lembar-lembar puisi. Sajak tak bisa membubarkan demonstran, katamu suatu kali saat kita melintas di jalan Sudirman, sebab sajak hanya mampu berbicara kepada mereka yang meraung dalam ruang hati yang terbuka.