Selasa, 30 Agustus 2016

Sore di Cook Street

Langit menguning menyapu seluruh jalanan dengan warna emas. Menyulap kota menjadi temaram, mengepung perasaan yang memar dengan cahaya semburat senja melesat lembut dari balik ranting dan atap rumah toko yang berderet di sepanjang Cook Street. Senja keemasan menimpa pohon-pohon, memantul di kaca-kaca gedung, lalu berkibas diantara laju mobil yang melintas. Cahaya yang sendu membias dan jatuh membelai wajah mu di sebuah taman di tengah kota. Ada sepasang anak muda terengah-engah di sudut taman. Ada anak kecil berlari mengejar ibunya. Ada matamu yang memandang telepon genggam, gelisah di telapak tangan.

Dalam temaram lampu jalan kau lihat bintang mulai bercahaya. Bulan mulai terbit. Telepon itu tidak juga berbunyi, tidak akan pernah katamu. 

Kau membaca sebuah sajak singkat yang pernah kau tulis
di suatu pulau yang jauh:

Senja adalah perpisahan
tempat diam dan gerak menyatu
bergejolak seperti lidah yang bergumul
pada malam pertama dalam remang
kesedihan yang 
membara

Seorang perempuan entah dimana memeluk laki-laki di sebelahnya..




Singapore 2016

Senin, 22 Agustus 2016

Menulis Sajak

Senja jatuh di balik jendela kaca taksi yang membawa mu
menjauh
meninggalkan kota ini. Aku.

Juga bau hujan siang tadi,
menguap
ke udara yang kini terasa asing.
Memenuhi pikiran ku dengan
kenangan kenangan
yang tak sempat menjadi impian.

Senja yang rawan, senja yang kesepian.
Lampu-lampu jalanan menyala, tetangga
mulai kembali pulang, berita telah
habis di tivi dan koran pagi telah
jadi alas untuk tidur.

kini malam telah turun

Di jakarta.
Di sudut bar yang paling
gelap, di dasar gelas yang paling
dalam, aku terasing menulis sajak
untukmu.

Singapore 2016