Kamis, 12 November 2015

02:39 PM

Mungkin aku memang tak pernah bisa melipat selimut dan seprai yang menyimpan bau tubuh mu. Sebab rindu seringkali datang memeluk ku setiap malam hingga merasuk ke tulang-tulang. Membuat ku mendengar tetes air, denting gelas, ketukan gerimis di atap teras seperti notasi irama yang merenovasi luka. Menutup kembali retak yang makin terbuka, celah gelap yang seringkali menjadi koloni semut yang mencuri senyum manis itu dari wajah mu. Membawanya ke sarang tempat sedih dilahirkan dari jutaan titik air yang pecahnya terasa menusuk rongga dan malam ini tak ada satu pun dinding dan jendela yang sanggup menahan udara yang begitu pekat di penuhi rindu yang terbakar.

Mampang Prapatan,
Jakarta