Selasa, 26 Februari 2013

Tiga babak

1. HALAMAN
Selalu ada yang kemudian menyisakan rindu di meja makan.
Sebab cangkir tak sanggup menampung perasaan itu ketika kau tuang dari dalam dada.
Aku tak pernah tau apa makanan kesukaan mu selain sayur asam dengan belimbing.
Buah dari pohon yang selalu menyapa mu ketika kau pulang, pohon yang meneduhkan halaman kita.

Halaman yang kau rawat dengan hati-hati,
Jika nanti tumbuhan-tumbuhan itu datang ke dalam mimpi mu
Aku ingin engkau tetap merawatnya seperti aku merawat mereka..

2. TANAH MERAH
Berapakah jumlah bunga yang harus aku siapkan untuk menemui mu?
Berapakah jumlah rindu yang harus aku tuang dalam cangkir itu?
Kini tak pernah ada sisa rindu di meja makan, tidak juga pada tumbuhan-tumbuhan itu.
Halaman kita masih aku rawat, beberapa anggrek mulai menguning.

Jika nanti kau datang ke tumbuhan-tumbuhan itu
Aku ingin engkau merawat aku seperti kau merawat mereka..

3. RUANG TENGAH
Pohon belimbing kita kini mulai meranggas, aku tak pernah suka buahnya.
Tetangga kita sering datang sekedar bertanya, tapi mereka juga tak pernah meminta buahnya.
Aku merasa pohon belimbing itu kini mulai bertanya-tanya,
engkau di mana?

Jakarta 2013







Jumat, 08 Februari 2013

Sandal

AKU tidak tau apa yang ibu pikirkan ketika sandal kiri ayah terbawa arus banjir
ketika jakarta sedang kuyup dan airnya meluap hingga ke halaman rumah.
Ketika aku lihat ia memandangnya dari teras dengan mengucapkan semacam puisi
atau kalimat perpisahan yang tak mampu aku tangkap, sebab suara ricik air bergemuruh begitu hebat
hingga menggema ke dalam pikiran-pikiran ku:

          Tentang sepasang sendal yang kini salah satunya mulai terpisah.
           Sandal yang kini sendirian di sudut lantai teras yang dingin,
           dan mungkin juga berharap ikut tenggelam bersama
           arus air yang kini semakin deras.

2013