Hujan pertama turun memadamkan nyala api
seperti bibir mu yang merah
: aku teringat senja yang membara di jendela-jendela kaca
Aku mencintaimu hingga menjelma kobar,
membakar rindu, membuat ku hangus
hingga ke jantung
Melahirkan kabut yang menutupi mata
hati dan pesan singkat mu
yang ku catat sebagai sajak:
Bahwa jatuh dan cinta
adalah dua sakit yang berbeda
perih ku menguap pada akhir kemarau,
kekeringan segala
hingga kita tak memiliki air mata
untuk menutup tirai dan jendela
kau kini,
adalah awan yang menggantung
bergulung di cakrawala
Pondok Ranji, 15