Rabu, 14 Desember 2011


Hujan mengibas-ngibaskan basahnya di rambut mu
suatu sore, ketika kau berjalan ke arah utara.
Menoleh pada ku sesaat 
seperti mengingat sesuatu yang lampau,
jalan setapak
di antara cemara
di telapak tangan kita
yang menyimpan takdir
bahwa apa yang kita pahami
tak akan pernah mampu 
membawa harapan harapan
itu melahirkan kenyataan

Selasa, 06 Desember 2011

Suplir


Kita tidak pernah melupakan siapapun
termasuk ibu yang menunggu telepon
yang mengasingkan rindunya kepada suplir
kita di halaman

Dia yang senang mengenang
tentang kisah pohon waru yang ditanamnya
sepanjang sungai di tepi sawah
Yang menjelma menjadi tempat teduhnya ketika
remaja, ketika berlari dari kisah
yang usang tentang wanita yang harus
menanggalkan Januarinya yang basah,
merelakan jarinya yang purna
kepada ayah

Kita terdiam sejenak sambil sama-sama
melirik ke dalam jendela
yang telah mengalir anak sungai
dengan bunga-bunga bakung tumbuh di sekitarnya.
Genjer dan eceng gondok mengapung
menjerat perasaan kita ketika
di luar hujan mencipratkan
kegelisahannya.

Sementara ibu bersiap-siap
menjaring rindunya

2011

Anjang-anjang


1/
Hujan merambat dari anjang-anjang pagar rumah mu setelah sepanjang malam ia
menyentuh-nyentuhkan dirinya di kedua pipi mu sebelum berangkat ke kantor.
sambil meneteskan air matanya yang terakhir sebelum kering menguap
lewat nafas mu. Hati-hati di jalan ucapnya sambil perlahan-lahan menghilang di seberang jalan.

2/
Angkutan umum dan metromini menyambut mu dengan legawa.
Perjalanan akan membawa perjalanan yang lain.
Berkata ia sambil batuk-batuk padamu,
metromini yang tua, yang sayang pada kita, terutama pada mu
karena tidak pernah bosan mengangkutmu menyebrangi kilometer ke kilometer.
Mungkin suatu kali akan habis juga waktunya
lalu ditinggal begitu saja di pojok halaman.

Seperti kita? Seperti anjang-anjang yang merambat di sisi pagar rumah
yang makin tidak terurus? Seperti mobil tua yang di spionya tersimpan ratusan senja
yang pernah kita lewati bersama. Menelusuri Braga hingga pinggir kota,
menulusir tiap jengkal dengan perasaan yang sama setiap waktu.
Tentang perasaan yang berat di dada.

3/
Karena itulah aku akan selalu menyambut mu.
Seperti jalan yang selalu kau lewati setiap pagi, setiap hari.

2011