Jumat, 18 Agustus 2017

Biduan

Malam muncul dari kopi dan gula yang diaduk seorang penari dangdut. Rasanya manis, semanis senyum merah biduan perapal mantra lagu-lagu kegembiraan asmara dan durhaka.

Dibawakannya lagi tembang lagu tentang penyair yg hatinya babak belur mencintai durjana yang tak kasmaran. Dalam matanya yg redup saya nyalakan rembulan 15 watt agar hati yang telah gelap dan terlupakan di kota yang ramai dengan kesepian ini jadi terang rupawan.

Dendangnya mengalun menggoyang hidup saya yang lurus. Dentum gendang dan tiupan suling yang gundah membawa saya ke sebuah rumah yang menguarkan bau keringat tubuhnya, merangkainya menjadi nada melodi bertingkat tempat segala kenang dan kesusahan tertidur di dalamnya


2017






Selasa, 15 Agustus 2017

Sebagaimana

Kpd yg berulang tahun

Sebagaimana matahari,
kau adalah segumpal cahaya yang
menggugurkan daun-daun
menggetarkan ranting-ranting lalu
menghidupkan tunas
kemudian membakarnya dengan panas.

Sebagaimana matahari,
kau pandai merawat luka,
menciptakan musim dan 
segala cuaca dari riak tawa
menyemai biji-bijian di
ladang hampar tempat kau menumbuhkan
akar-akar yang menjerat
pikiran-pikiran ku

Sebagaimana matahari:

pada akhirnya kau akan tenggelam
di garis cakrawala.
Menjelma senja semburat merah mega-mega
yang akan menutup dunia ku
dengan selimut malam yang

gelap tanpa cahaya

2017

Senin, 14 Agustus 2017

Penghunus Hujan

Jalanan basah, udara wangi darah,
Kulihat kau datang tergesa-gesa masuk kedalam rumah.
Tubuhmu basah. 

Kau bilang padaku
hujan baru saja mati di ujung jalan, ditembak
mayatnya dilempar ke selokan,
timbul tenggelam.


2017

Minggu, 13 Agustus 2017

Email dari Kyoto

Dalam surat itu ada selembar foto saat kau  menyihir pohon, jalan dan selokan dengan rahang bunga dan kuntum-kuntum muara dalam percikan kolam penuh gangga mengabadikan drama dalam potongan cahaya keemasan.


2017




Jumat, 11 Agustus 2017

BUYAN

Kau berlayar sambil memandang sepi,
menciumi wanginya cahaya,
sendirian saja tanpa menyadari
ada aku yang memekik di seberang sini

Menyibak riak-riak menggerakan daun jati.
Menghempas bunga-bunga


2017

Senin, 07 Agustus 2017

Nazim yang datang sebanyak-banyaknya

Dapat dikatakan, kini ia telah merdeka!
Setelah hakim menyatakan ia adalah seekor manusia.
Ia lalu lari mengejar papan iklan yang berjajar seperti pasukan.
Aku rindu kalian, sungguh!

Ketika ia menyatakan demikian, aku tak sengaja menemuinya.
Dengan rokok filter di antara jarinya ia bercerita pada ku:
Penyair adalah  tanda akhir jaman yang paling nyata,
ketika setiap orang mampu menulis sajak maka 
lekaslah kau bertobat.

Lalu adzan Jum'at mulai mengajak kami memasuki sebuah rumah.
Kami diam sejenak karena seseorang yang tak kami kenal
menasehati kami di mimbar depan.

Astaga, DIA adalah penyair paling merdeka!