Selasa, 18 November 2014

Membaca kata berakhiran -au

Aku pernah mencoba mencoba membaca kau di dalam buku cerita pendek yang pernah kau beri padaku pada suatu pagi yang redup. “Sebab beginilah akhirnya kita berdua patah di tikungan jalan” Kalimat kata pengantar yang aku baca dengan lirih.

Aku tak menduga kau juga tidak aku temukan pada piyama mu yang lembut, piyama itu tertinggal di ujung tempat tidur, tertinggal begitu saja tanpa ada yang bertanya untuk apa ia disana, mungkin ia rindu memeluk tubuhmu ketika malam, atau aku yang takut menampik ingatan?

Aku juga pernah bertanya kepada seorang petugas telepon, ia mengatakan mungkin kau ada di pesan-pesan singkat yang sering tak aku balas, ah kata-kata yang manis, ah kata-kata yang terbuat dari kabut, begitu samar seperti masa depan. Begitu lirih seperti kata pengantar yang aku bacakan pada mu.

Di jalanan yang padat tidak ada kau, juga di dinding-dinding papan iklan, hingga telaga yang tenang berkata: 
Maka demi langit yang kelabu
Adakah kau di setiap sudut ruangan? 
berlompatan seperti neutron 
mengisi setiap atom
hadir tanpa adap pertanyaan
hilang tanpa ada jawaban?


Mungkin aku hanya rindu menyebut namamu tanpa menjadi rindu

-Kuningan 2014