Selasa, 11 Agustus 2020

Kadangkala ada kera yang menemukan pisang emas di selipan pepohonan Mungkin saja karena hilang akalnya ia lalu membawanya hingga bertemu seorang pemburu yang tak berpanah.

Jangan harap kau mampu lolos, karena parangku akan memburumu hingga telaga terakhir. Teriak sang pemburu ketika melihat kera itu melompat dari satu dahan ke dahan lainnya. Kera itu begitu cepat, dengan sekilas ia berujar; tangkaplah aku ketika senja menjadi merah namun matahari masih enggan terkubur di sekitarnya.. Sang pemburu naik pitam kemudian mengejar dengan sebilah parang di lengan kanannya dan segenggam sirih di tangan kirinya. Akan kuiris dagingmu dan kuselipkan daun sirih ini hingga kau berharap untuk tidak mempercayai Tuhan.


Maka terdengarlah suara gemuruh si pemburu dan kera yang berkejar-kejaran di hutan, suatu saat suaranya nampak seperti percintaan singa yang sedang berahi namun kadang kala nampak seperti suara jeritan roh-roh yang tersiksa di bumi. Mereka berkejaran terus-menerus hingga peluh memenuhi tubuh mereka, makin lama peluh itu makin banyak dan membuat anak sungai di setiap langkah yang mereka. Dan dari anak sungai itu lahir kehidupan-kehidupan baru yang terkutuk, makhluk-makhluk dengan rupa yang ganjil bangkit dan menteror di setiap desa dan kota. Makhluk terkutuk itu rupanya seperti monyet yang terbalik hidungnya dan lengannya seperti lengan manusia yang membengkak dengan bulu-bulu kaku seperti bulu kuda, bau tubuh mereka sangat busuk. Nanah bercampur peluh selalu keluar dari pori-pori mereka yang besar-besar. Mereka merampok dan memperkosa para penduduk, hingga kesengsaraan adalah cerita biasa. Anak-anak menjadi busuk otaknya dan para pemudanya menjadi kering lengannya, para orang tua kehilangan kebijaksanaanya. Dunia menjadi ladang kematian bagi yang masih tersisa, sementara pemburu dan kera itu masih berkejaran hingga mereka temukan telaga yang terakhir. Tak pernah ada yang tau bahwa keduanya telah mencintai satu sama lain, mereka sesungguhnya adalah satu, berpadu dan bercampur, mereka mengejar senja yang tak pernah tenggelam agar janji mereka tak pernah terpenuhi. Mereka menyayangi dengan rumit, mereka mengasihi dengan unik. Tapi pernahkah kau tau siapa mereka? Menurut seorang tua yang tersisa aku diceritakannya bahwa pemburu itu adalah manusia yang paling buruk sifatnya di dunia, dan kera itu adalah nafsu manusia yang menjelma menjadi kera dan lari ke hutan. Tak pernah aku tau kebenaran cerita itu, mungkin aku tak mau tau, tapi bukankah para orang tua kini telah hilang kebijaksanaanya.. jadi terserah padamu untuk percaya atau tidak dengan cerita yang kuceritakan tadi..

--

Ini adalah bagian dari seri puisi-puisi lama yang di tulis sekitar 2007-2008 di Depok, Jawa Barat. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar