Bagaimana caranya menulis sajak
saat perasaan seperti gurun
dengan gunung-gunung pasir
yang bergerak kesana kemari
kaktus dan kamboja
pemberianmu
masih juga kurawat
seperti dulu saat kau menyusun
hujan dan cuaca di halaman
Aku bahkan masih merangkai
burung-burung dari kertas warna warni
agar bisa mengingatkan ku
tentang kau yang selalu
merangkai gerimis
dengan
rindu
wangi
tanah basah
dan ranting ranting
kering yang patah
lalu kau gantung
di teritikan jendela kamar;
dengan benang yang kau pungut
dari sebuah sajak
**
Ranjang, bohlam juga gantungan kunci
yang tak bergeming
adalah penanda
aku tak pernah
bisa melepas engkau
pergi
bagaimana bisa aku melupakan
sepi
sementara sepatu, parfum dan gelas mu
masih tertinggal di tempat
semula
Menyisakan duka yang terus menerus
dilepaskan ke udara,
kemudian aku hirup perlahan lahan
setiap hari
Menghebuskannya dan berakhir
pada duka yang lainnya
**
Bagaimana aku bisa mengusap bersih
nafasmu
jika senyum mu masih tersisa
di bibir gelas
Menyentuh jari jari ku setiap kali
aku membersihkannya
dari sisa kopi yang tak habis
Menyisakan luka yang kembali
terbuka, berulang ulang
seperti dengung kulkas
yang tak pernah berhenti
**
Aku menyusun kembali bentuk tubuhmu
setiap pagi
di depan jendela,
di depan pintu yang setengah terbuka,
di dadaku yang terluka.
Aku menabur kembali pori pori mu
di halaman depan,
di teras dan beranda,
agar mereka kembali
menemukan jejak sepatumu
agar bisa aku susuri lagi
jalan menuju ke pusara mu
sanur-seminyak 2010 - 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar