Jumat, 21 September 2012

Jalan




Perih sekali jalan ini ya, katamu di sebuah perjalanan kita yang kesekian.
Di tepi haribaan senja yang berakhir dengan luka yang merembas hingga ke dalam dada.
"Aku ingin menuntun mu membaca tanda mata, tanda hidup yang paling purba"

Sinar lampu merkuri memantul di kaca-kaca jendela
Percakapan kita tertahan di pohon-pohon akasia
kutatap wajah kita di garis batas antara perih dan langit kota

Kau pernah mengurai senja menjadi potongan-potongan kenangan
yang aku simpan di halaman buku cerita, yang sampai kini masih aku baca berulang-ulang
seperti berkunjung ke taman yang hanya ada dalam sajak cinta.

Dua belas suku kata yang terakhir terucap
lalu menguap menjadi kabut yang mengaburkan pandangan ku.
Menatap jalan yang aku tempuh 
di sepanjang perjalanan kita

Denpasar 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar