Selasa, 12 November 2013

Pladeo

Kita duduk di sebuah pelana yang terpisah oleh sungai.
Tak ada nafas yang luput dari udara yang mencekam,
hutan, ranting, bunga yang merindukan matahari
ikut hanyut ke dalam arus waktu yang terjabar
dalam teori relativitas.

Bagaimana jika nanti aku tak bisa mengucapkan perasaan rindu ini?
Betapa sudah aku habiskan tahun-tahun ku memintal hujan
agar lekas turun. Biar menjadi rintik-rintik air yang menjadi alasan
untuk kita berdiri semakin dekat.

Kau bersadar pada pundak ku yang nampak seperti dermaga.
Tempat labuhan kelana yang terentang tanpa batas.
Mungkin nanti, mungkin saja kita menjadi rindu pada
desir angin, pada wangi laut, pada rambut ku yang kering,
pada ikan pari yang mengajak kita bercakap-cakap.

Tentang sajak yang ditulis dengan gelisah.
Pada jajaran minggu ketiga di tahun kabisat..

Oleh sepasang dada yang tersesat

2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar