Selasa, 26 Maret 2013

Akuarium

1/
KAU pernah membeli seekor ikan dari pasar untuk akuarium kita yang hening.
Setiap malam ia berenang dari satu batu ke batu lainnya, meliuk di antara kastil-kastil tanah liat
lalu melesat menciptakan koreografi paling indah di bawah sinar bohlam lampu yang berpendar-pendar.

Aku sering memperhatikan ikan yang kesepian itu memandangku dari balik kaca,
ketika engkau telah tidur dan suara televisi hampir tak terdengar,
hanya detak jam yang kini terdengar nyaring dari sudut ruangan.

Ikan malang itu seolah menceritakan pada ku tentang ricik sungai yang ia rindukan,
tentang daun-daun kuning yang gugur di atas kolam lalu membusuk menjadi zat yang memberinya kehidupan. Lumut-lumut pada batu kali dan matahari yang jadi arah penunjuk jalan.

Juga jutaan kunang-kunang yang pernah ia lihat pada suatu malam, yang melesat menuju angkasa
kemudian turun ke bumi menjadi butir-butir air yang hinggap di sekumpulan daun-daun.

2/
DI DALAM mimpi aku menemukan diriku berenang diantara gelombang rambut mu,
Memeluk mu dengan kedua lengan ku, merengkuh mu dengan segala upaya agar engkau tak
kembali ke dalam sungai dan menjelma menjadi ikan.

Begitu terus menerus hingga suara yang menggetarkan itu membuat ku terbangun.
Suara yang datang dari dalam akuarium,
yang terasa begitu lembab di telinga.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar