Selasa, 06 Desember 2011

Suplir


Kita tidak pernah melupakan siapapun
termasuk ibu yang menunggu telepon
yang mengasingkan rindunya kepada suplir
kita di halaman

Dia yang senang mengenang
tentang kisah pohon waru yang ditanamnya
sepanjang sungai di tepi sawah
Yang menjelma menjadi tempat teduhnya ketika
remaja, ketika berlari dari kisah
yang usang tentang wanita yang harus
menanggalkan Januarinya yang basah,
merelakan jarinya yang purna
kepada ayah

Kita terdiam sejenak sambil sama-sama
melirik ke dalam jendela
yang telah mengalir anak sungai
dengan bunga-bunga bakung tumbuh di sekitarnya.
Genjer dan eceng gondok mengapung
menjerat perasaan kita ketika
di luar hujan mencipratkan
kegelisahannya.

Sementara ibu bersiap-siap
menjaring rindunya

2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar