Minggu, 07 Juni 2015

Belajar Menulis

KAU selalu menyusun huruf demi huruf pada lembaran perasaan,
menghapusnya ketika ia bermakna sesuatu yang mengingatkan mu
dengan suara yang sangat kau kenal.


Kau bahkan ingin mengulang kembali sajak ini dengan
kata yang romantis, dengan hujan dan
jembatan, juga senja dan jeritan bunga-bunga.


KUMPULAN rindu yang mabuk ketika kita
berjalan di lorong-lorong kota, diantara
parahnya perasaan cinta kita. Bahwa saat itu
kita sadar untuk kembali menjadi penyair,
kita harus kembali belajar menulis.


Mengulang rindu dan menyusun takdir
yang sepotong-sepotong, merapikan setiap
adegan perselisihan, bercinta di kata pengantar
dan saling berpelukan di halaman belakang.


KAU memutuskan untuk menutup buku
dan beranjak dari kursimu. 
Menutup jendela dan menyusun meja.
Meletakan buku mu diantara aku dan rindu yang
kau selipkan di laci mu

Pondok Ranji 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar