Kepada sepasang mata. Kepada hati yang terbelah dua.
Tepat ketika petugas loket yang seragamnya biru merobek tiket sambil berkata:
“Kini telah terbelah jarak antara mu dan dirinya, satu tertinggal di kota ini, dan satu lagi
akan kau simpan. Genggamlah jangan sampai hilang, hingga kau berada di ketinggian.
Dan kau harus merasa berpegangan kepada sesuatu.. Hingga tak sengaja terlepas dari telapak mu”
Lalu anak tangga mengantar tubuhku pada ruang tunggu yang kursinya abu-abu.
Seperti sebuah perasaan yang kelabu:
Mungkin bandara memang
diciptakan untuk kesedihan.
Mungkin kesedihan
lahir dari perpisahan.
Bandara Ngurah Rai 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar