Suatu kala ada kera yang menemukan pisang berlapis emas di selipan pepohonan. Mungkin karena hilang akalnya ia lalu membawanya ke hutan hingga bertemu seorang pemburu yang tak berpanah.
"Jangan harap kau mampu lolos, karena parangku akan memburumu hingga telaga terakhir!" Teriak sang pemburu ketika melihat kera itu melompat dari satu dahan ke dahan lainnya.
Kera itu melesat begitu cepat, sekilas ia berteriak; "Tangkaplah aku ketika senja menjadi darah dan matahari telah terkubur bersama mayatmu!" Sang pemburu naik pitam kemudian mengejar dengan sebilah parang di lengan kanannya dan segenggam sirih di tangan kirinya. "Hei monyet! Akan kuiris dagingmu, kukiliti bulumu dan kuperas daun sirih ini di lukamu hingga kau tidak mempercayai Tuhan!"
Maka terdengarlah suara gemuruh si pemburu dan kera yang berkejar-kejaran di hutan, suatu saat suaranya nampak seperti percintaan singa yang sedang berahi namun kadang kala nampak seperti suara jeritan roh-roh yang tersiksa di bumi. Mereka berkejaran terus-menerus hingga peluh memenuhi tubuh mereka, makin lama peluh itu makin banyak dan membuat anak sungai di setiap langkah yang mereka lewati. Dari anak sungai itu lahirlah kehidupan-kehidupan baru yang terkutuk, makhluk-makhluk dengan rupa yang ganjil bangkit meneror setiap desa dan kota di penjuru dunia.
Makhluk-makhluk terkutuk itu wajahnya seperti monyet yang terbalik hidungnya dan lengannya seperti lengan manusia yang membengkak dengan rambut yang kaku seperti kuda, bau tubuh mereka busuk oleh nanah bercampur peluh yang selalu keluar dari pori-pori mereka yang besar-besar. Mereka merampok dan memperkosa wanita dan laki-laki, hingga kesengsaraan adalah cerita biasa. Anak-anak yang lahir di dunia ini menjadi busuk otaknya dan orang-orang muda yang bertahan menjadi kering tubuhnya, sedangkan para orang tua kehilangan kebijaksanaanya.
Dunia menjadi ladang kematian bagi yang tersisa. Sementara di sudut hutan, pemburu dan kera itu masih terus berkejaran, tak terhenti, sampai akhirnya mereka tiba di tepi telaga terakhir. Telaga yang selama ini mereka tuju.
Namun, tahukah kau, sesungguhnya mereka tak pernah bermusuhan? Ada cinta yang rumit di antara mereka, tak terkatakan, tak terpahami. Keduanya satu. Jiwa mereka saling berkelindan, memadu dalam kejaran yang abadi. Mereka mengejar senja yang tak pernah benar-benar tenggelam, berharap sumpah itu tak akan pernah dipenuhi.
Mereka menyayangi dengan rumit, mereka mengasihi dengan unik.
Tapi pernahkah kau tau siapa mereka? Menurut seorang tua yang buta, pemburu itu dulunya adalah manusia yang paling buruk sifatnya yang pernah lahir di dunia dan kera itu adalah nafsunya yang menjelma menjadi makhluk nyata dan lari ke hutan.
Tak pernah aku tau kebenaran cerita itu, mungkin aku juga tak mau tau, Para orang tua sudah kehilangan kebijaksanaannya. Anak-anak sayu matanya, tak ada lagi lagu, tak ada lagi hingar bingar, hanya seekor kera dan sang pemburu menghancurkan segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar