Senin, 23 September 2024




Jarak Rasa

Kita adalah sepasang yang berubah ubah, 
dari warna kuning ke biru, lalu kelabu ke magenta. 
Kadang menggelepar lalu membusuk, tenang kemudian berdebar. 
Dari cinta kemudian jatuh, benci lalu kita duduk, membaca nafas masing-masing hingga musim kemarau datang membawa rasa panas, rasa laut, 
rasa asing yang tertunda karena di hadang cita-cita dan sia-sia. 

Mari kita hitung sepi yang tersisa pada riuh jalan ini, 
jalan yang berdenyut dalam pecahan kaca spion,
di sana kita saksikan langit berkobar seperti dendam. 

Dada senja terbelah. Remuk. Hancur berserakan.

Apakah keindahan hanya tersusun dari keheningan?
Kekhusyukan dalam sulur-sulur cahaya yang kekal? 

Disanalah cinta dan maut bertemu, 
di ujung senja yang telanjang 
di kota yang tak pernah henti-hentinya membongkar dirimu. 

--

2018 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar