Kaca pecah dalam diriku, lalu kegelapan mengamuk,
cahaya surut di ujung mata.
Di sana, aku bersalaman dengan sunyi (akhirnya sampai juga),
ia memelukku sambil berkata:
""Derita adalah derit laci yang tak pernah kau buka,
di sana tersimpan rahasiamu yang tertulis dengan api."
Asap membumbung di jalan-jalan,
membutakan burung-burung,
menyekap doa-doa.
Udara pedih, langit terbakar,
pintu telah dikunci, selimut telah digelar,
waktu telah habis.
Sia-sia.
Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar