Sepi mengambil alih, seruntun upacara digelar malam ini
membawa gemericing luka dan tawa
yang diam, meredakan rasa gelisah, yang sarat, merasakan halus
berdesir
Beberapa suku kata turun bersama
doa-doa yang gemetar di pucuk pagi
bersamaan dengan raung
rindu yang tindih-menindih,
silih berganti
Simpanlah peluk itu. Biar
kabut dan kedua lengan mu
saja yang menabur butir-butir
udara basah di sepanjang kota.
Sedangkan tubuh dan separuh
dadaku lesap, tersesat dalam labirin
duka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar