-untuk pernikahan Sisilia dan Eddy
Katakan padaku untuk jangan pernah lari! Meskipun aku tau kamu
adalah orang yang benci berlari. Kamu selalu alergi dengan stadion dan
taman kota yang menampilkan lingkaran statis yang memaksa kita menelusuri nya. Jangan pernah berlari meski di malam saat kita bercanda
melalui diri yang tampil menjadi konsep-konsep abstrak papan ketik dan
dua puluh lima menit film biru yang menyuguhkan lintasan lari yang luas
dan panjang.
Jangan lari! Jangan membuat dirimu terangah-engah di tengah perjalanan lari mu, lalu membuat indeks tarikan napas mu menjadi begitu sederhana.
Satu dua satu dua satu dua satu dua
satu dua satu dua satu dua satu..
Dua,
katakan padaku untuk mencegah mu berlari! Karena kadang kamu adalah orang yang bisa
mengubah sederet panjang kalimat-kalimat dalam buku menjadi ladang luas yang membuat mu ingin
segera
berlari. Segera dengan kesegeraan yang luar biasa sehingga wujud mu
menjadi bias, fisik mu menjadi semu dan eksistensi mu adalah udara tipis
yang tidak dapat aku genggam. Sehingga tiba-tiba saja kau telah berlari
hingga ke ujung dunia. "Hei lihat aku di sini!" Katamu dengan senyum
bias dan warna tubuh yang makin pudar. Lalu sedikit demi sedikit
menghilang dan tenggelam dalam lembar-lembar halaman, terselip diantara
kalimat-kalimat pasif yang menjepit mu tanpa ampun. Memenjarakan mu dalam
lintasan-lintasan tanpa ujung.
Katakan padaku untuk segera merangkul mu ketika kau mencoba berlari. Katakan dengan bahasa
isyarat
yang singkat, tak perlu sms atau mengangkat telepon. Tak perlu
berpura-pura menanyakan kabar. Cukup katakan saja "Aku ingin lari
sekarang.." Maka sejak itu aku akan menjadi tali sepatu mu yang terlepas
sehingga memaksa mu menghentikan langkah mu dan membuat mu menunduk,
mengikat ku dengan ringan namun juga tak bebas, menyimpulkan ku dengan
keharmonisan yang khidmat layaknya upacara. Membuat ku menjadi lebih
lengkap dengan keanggunan yang sederhana, dengan kepastian yang
menentramkan. Dengan wajah yang tenang serupa air dalam genangan tangan.
Lalu kau membisikan semacam mantera:
"Kini
telah aku ikat kau dengan sempurna. Maka aku ingin kau memahami tiap
langkah ku, tiap denyut jantung yang membuat setiap gerakan otot ku
menuju satu langkah ke depan, mengiringi ku dalam lintasan yang mungkin
akan membuat aku tersesat dalam ketiadaan yang tak terbatas. Memahami ku
ketika aku harus berlari untuk kemudian berhenti sejenak. Mencegah ku
melanjutkan perjalanan ketika kau mulai terlepas, ketika kau mulai
terlepas.."
Sanur 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar