Sabtu, 01 Desember 2018

Ekstrimis Pesimis

Landai, itulah sebuah jenjang waktu ketika aku mulai masuk ke dalam kantung pikiran ku yang penuh dengan perkara, cita-cita yang pengecut dan kecanggungan, seperti jalur bulir-bulir biji kabut mimpi yang ku rajut lalu ku urai kembali, ku rajut lagi, ku urai lagi. Seperti permainan bola tanpa gol yang penuh lika-liku dan luka-luka.

Namun wasit sudah menentukan, aku harus maju ke depan, tanpa pilihan. Pistol sudah di kokang, landasan pacu sudah di gelar, penonton sudah gempita. Sorak-sorak buyar dari bangku penonton..

Dor!

Jumat, 30 November 2018

Pelajaran Alternatif tentang Rindu

Dua bulan lalu, tepat bulan Oktober kita merapat bersama dua janji yang terlanjur tidak ditepati. Sudah, mungkin memang roda yang membawa kita bertemu di pesisir itu tidak mau berhenti. Arahkan saja, kita mungkin di hendaki untuk turun menikmati daun-daun gugur, jejeran pohon dan biji-biji jagung manis yang terasa seperti rindu. Lalu aku akan belajar cara mu berjalan, cara mu menutup mata, cara mu mengatakan "aku lelah mengayuh sepanjang kota, merapal nama mu seperti para demonstran yang hilang akal"

Aku setuju, mungkin memang kita sudah seharusnya pulang. Biar punggung kita saling memeluk -meski dari belakang.

Jangan Membuat Lari Menjadi Lebih Rumit

Jangan pikirkan kecepatan larimu. Atau hujan yang turun. Atau waktu yang menunjukkan pukul 2 pagi. Jangan risaukan juga arah dan tujuan. Atau bagaimana cara kamu mencapainya. Jangan cemaskan bentuk tubuh. Atau bagaimana kaki kamu menghentak tanah. Atau bahkan istilah-istilah teknis yang membuat lari menjadi lebih rumit.

Nike Lunar Glide +2 menghapus semua kekhawatiran kamu. Dynamic Supportnya beradaptasi dengan setiap ayunan langkah, tanpa peduli bagaimana kamu berlari, akan selalu memberikan support yang kaki kamu butuhkan.

It’s the most thinking that’s gone into not thinking.

Minggu, 11 Maret 2018

Balada Kantong yang Hilang

1/
apa lacur kantong kok bisa hilang, sampai sekarang misteri hilangnya kantong itu masih dalam kegelapan. Sama sekali belum ada petunjuk kenapa sampai hilang. Mungkin itu adalah salah satu misteri besar yang menjadi babak dalam hidup saya. Selain soal suara lincah yang kedengaran di lokasi shooting setahun yang lalu dan kalimat "tuhan itu tak beragama".

Hilangnya kantong saya bukan berarti saya biarkan begitu saja, karena setelah saya tanyakan di tempat laundry, mereka angkat bahu dengan tatapan menyipit curiga. Ibu saya yang lugu, tidak punya juga sebuah jawaban. Mungkin lenyap entah di mana, mungkin terselip di suatu tempat. Mungkin telah menghiasi celana orang lain yang kebetulan Tuhan mempertemukannya.

2/
Jika diibaratkan celana itu adalah sebuah ambangan perahu, maka kantong bisalah disebut sebagai busurnya. Menghiasi dengan lembut sekaligus punya makna yang kuat dan membuatnya memiliki sebuah nama bangga "celana". Ya celana, sejatinya adalah berkantung. Nah jika hilang, maka layaknya ambangan perahu kehilangan busurnya maka limbunglah ia dan nama besarnya lalu serasa pudar.

Anda pasti berfikir balada hilangnya kantong ini agak berlebihan. Tapi bagi saya, ini ibarat sebuah tatapan yang menyalip di antara kerumunan lalu menarik hati untuk bertanya.

Apa gerangan yang ada di sana, kotak kotak dengan warna pastel ataukah garis garis dengan alur alur yang lembut..

Rabu, 31 Januari 2018

Gelombang Radio

A:
Mungkin saja gelisah yang membuat malam terpaksa mengundurkan dirinya sejenak. Ia hendak mencari dirimu yang tersesat. Mungkin kau tergelincir di sudut cakrawala, lalu tubuhmu melayang terbawa arus cuaca dan gelombang radio dini hari yang mengudara tanpa prasangka. 

B:
Mungkin di sinilah aku yang sendirian menulis kegelisahan mu itu.. sepasang mata yang menyimpan malam dengan terang bulannya